
Obrolan yang awalnya mengenai pesawat kenegaraan Polandia yang jatuh dan menewaskan presiden, ibu Negara dan para petinggi lain dari Negara tersebut membuat pembicaraan sedikit demi sedikit mengarah pada status Polandia sebagai Negara yang lumayan miskin karena kekurangan dana untuk membeli pesawat baru. Tapi entah darimana asalnya, topik yang sangat serius tersebut tiba-tiba beralih menjadi pembicaraan mengenai baju balap Rossi yang bertuliskan ‘semakin di depan’, yang membuat seorang teman merasa bangga (entah kenapa). Tapi topik tersebut juga tidak berlangsung lama, ketika seorang teman membahas piala dunia 2010, dan memprediksi Argentina akan kocar-kacir pada perhelatan tersebut meski punya segudang pemain yang ber-skill di atas rata-rata kelas. Seorang teman yang duduk di ujung bangku bambu membenarkan, “iya ya, padahal mereka punya Messi, Tevez, dan Riquelme.” Saya ikut membenarkan, “iya, ada Ariel Ortega, Mario Kempes dan Daniel Pasarella. Yang lain ikut nimbrung, “Maradonna, Evita Peron.” Yang tidak kalah kurang warasnya nyeletuk “ Che Guevara..” Teman yang lain mencoba menyebrang benua, “ Lenin, Stalin, Mussolini..” Yang cinta tanah air dan semakin ngawur bilang “ Asep Sunarya, Andre Hehanusa, Utha Likumahua, Sule..” Nah, berakhirlah perbincangan paling ngawur itu di nama Sule.
Saya sangat menikmati lelucon-lelucon seperti ini, karena saya menyukai ketidaknyambungan sebagai sebuah humor. Mungkin banyak orang menilai aneh, tapi bagi orang-orang yang ingin melucu untuk dirinya sendiri, sifat asimetris humor “yang lucu bagi penutur belum tentu lucu bagi petutur” tak perlu dipatuhi.
Saya lupa lagi nulis ini tanggal berapa.
hahaha.......
BalasHapus